Hilangnya Empati di Ruang Paripurna, DPRD Tanggamus Mati Suri

Salam satu pena – Fakta Aktual.

Berita itu datang bukan dari mimbar pidato, melainkan dari deretan kursi kosong yang bisu. DPRD Tanggamus, lembaga yang seharusnya menjadi benteng aspirasi rakyat, siang tadi, senin (8/09/2025) resmi mati suri.

Bukan karena serangan penyakit, melainkan oleh virus ‘apatisme akut’ yang menyerang 21 wakil rakyat yang mangkir, dari 45 anggotanya. 

​Kematian marwah wakil rakyat ini disaksikan langsung oleh APBD Perubahan, program yang sedianya menjadi nyawa baru bagi pembangunan Tanggamus.

Namun, apalah daya, APBD itu kini tergeletak kaku, tak bisa bergerak, karena para ‘pemilik suaranya’ memilih untuk berlibur di alam mimpi egoisme.

​Delapan belas anggota berizin, tiga tanpa keterangan, itukah yang disebut wakil rakyat? Mereka adalah para ‘ghost dewan’, sang misterius yang hanya menampakkan wujudnya saat pemilu dan di amplop tunjangan. Mereka seolah berkata, “Rakyat itu ada, tapi hanya di kalender gajian dan di balik bilik suara.”

​Kita semua tahu, APBD Perubahan adalah janji yang ditunggu-tunggu. Dana untuk perbaikan jalan, fasilitas kesehatan, bantuan untuk petani, beasiswa untuk anak-anak cerdas, semua itu adalah napas kehidupan bagi masyarakat Tanggamus.

Namun, para ‘dewan-dewan absurd’ ini memilih untuk menunda napas itu. Seakan-akan, hidup rakyat Tanggamus hanyalah sebuah komedi gelap yang bisa mereka tonton dari kursi yang empuk.

​Absennya mereka bukan sebuah kebetulan, melainkan sebuah protes tanpa suara. Protes terhadap apa? Mungkin protes terhadap tanggung jawab, protes terhadap empati, atau mungkin protes terhadap ideologi pengabdian yang selama ini mereka elu-elukan.

Mereka seperti pemain teater yang mogok di tengah pementasan, membuat penontonnya yaitu rakyat  kebingungan, marah, dan akhirnya, muak!

​Insiden ini bukan lagi sekadar berita, tapi sebuah epilog tragis. Sebuah cerita tentang bagaimana harapan yang dibangun dengan susah payah, dirobohkan hanya oleh keangkuhan dan kemalasan.

Semoga kejadian ini menjadi momentum bagi masyarakat Tanggamus untuk lebih cermat dalam memilih wakilnya, dan bagi para anggota dewan untuk segera dapat merefleksikan kembali makna dari jabatan yang mereka sandang, sebuah jabatan yang terhormat dan penuh dengan kemulian.

By : IRAWAN PIMRED FAKTA AKTUAL

Related posts
Tutup
Tutup