Salam satu pena – Fakta Aktual
Setiap tanggal 17 Agustus, semarak perayaan kemerdekaan selalu membawa kegembiraan. Namun, di tengah kemeriahan itu, muncul pemandangan yang memprihatinkan: mobil ambulans desa yang seharusnya siaga untuk kondisi darurat, justru digunakan untuk pawai. Tindakan ini bukan sekadar salah peruntukan, melainkan cerminan dari krisis etika dan pemahaman yang dangkal tentang fungsi vital ambulans.
Ironi di Balik Sirine dan Lampu Rotator
Ambulans, dengan sirine dan lampu rotatornya, melambangkan urgensi, harapan, dan nyawa. Kendaraan ini dirancang khusus untuk mempercepat penanganan medis bagi mereka yang membutuhkan, baik saat kecelakaan, sakit mendadak, atau dalam kondisi kritis lainnya.
Menggunakannya untuk pawai, apalagi dengan dihias dan dinaiki oleh peserta yang tidak dalam kondisi medis darurat, sama saja dengan mendevaluasi makna dan fungsi utamanya.
Bayangkan jika di tengah pawai tersebut, terjadi keadaan darurat di desa lain. Akses yang terhambat, ditambah ambulans yang tidak berada di posisinya, bisa menjadi penentu antara hidup dan mati seseorang.
Tindakan ini menunjukkan bahwa prioritas telah bergeser dari “melayani masyarakat” menjadi “menghibur masyarakat”, sebuah pergeseran yang berbahaya.
Pelanggaran Etika dan Peraturan
Secara etika, penggunaan ambulans untuk kegiatan non-medis adalah pelanggaran serius. Dana pengadaan ambulans berasal dari anggaran negara atau donasi yang ditujukan khusus untuk keperluan medis. Menggunakannya untuk hal lain adalah bentuk penyalahgunaan aset publik. Meskipun niatnya mungkin baik—untuk memeriahkan acara—tetapi hal itu tidak bisa menjustifikasi pelanggaran terhadap aturan dan etika yang berlaku.
Membangun Kesadaran, Bukan Hanya Peraturan
Pemandangan ini seharusnya menjadi cermin bagi kita semua. Perlu ada edukasi dan sosialisasi yang masif di tingkat desa dan komunitas tentang fungsi dan peruntukan ambulans yang sebenarnya. Pemerintah daerah dan instansi terkait harus lebih tegas dalam mengawasi penggunaan aset publik ini.
Pawai 17 Agustus memang momen untuk merayakan, tetapi mari kita rayakan dengan cara yang lebih bermakna dan bertanggung jawab. Mari kita pastikan ambulans tetap siaga di garasinya, siap melayani nyawa, bukan sekadar menjadi bagian dari parade. Karena sejatinya, kemerdekaan yang sejati adalah ketika setiap warga negara merasa aman dan terlayani dengan baik. (One*)
Disclaimer : ini hanya sebuah opini