Rotasi Jabatan di Tanggamus, Langkah Berani Menuju Birokrasi Adaptif dan Responsif

Salam satu pena – Fakta Aktual.

​Kepemimpinan yang berani dan visioner sering kali ditandai oleh kesediaan untuk mengambil langkah-langkah yang tidak konvensional demi kebaikan bersama.

Di Kabupaten Tanggamus, kepemimpinan Bupati Moh. Saleh Asnawi dan Wakil Bupati Agus Suranto menunjukkan hal ini dengan gebrakan rotasi pejabat yang tak biasa.

Kebijakan ini, yang merupakan salah satu janji kampanye, bukan sekadar pergeseran posisi, melainkan manifestasi nyata dari komitmen untuk mereformasi birokrasi.

Langkah ini secara luas dianggap positif, menunjukkan adanya harapan baru bagi peningkatan kinerja pemerintah dan kualitas pelayanan publik.

​Salah satu penyakit kronis dalam birokrasi adalah stagnasi, di mana pejabat menempati posisi yang sama terlalu lama, menyebabkan kehilangan motivasi dan kurangnya inovasi.

Rotasi jabatan yang dilakukan Bupati Saleh Asnawi memutus rantai ini dengan menyuntikkan energi baru ke dalam sistem. Contoh yang paling mencolok adalah pergeseran posisi pejabat eselon II ke posisi fungsional atau struktural yang lebih rendah.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Riswanda Djunaidi, misalnya, dipindahkan menjadi Kepala Bidang di Dinas Perkebunan. Begitu juga dengan Taufik Hidayat, yang sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan, kini menjabat Kepala Bidang.

​Langkah ini, meskipun terlihat drastis, memiliki dua manfaat utama. Pertama, ini adalah penerapan prinsip meritokrasi yang ketat. Promosi dan rotasi tidak lagi semata-mata didasarkan pada senioritas, melainkan pada kompetensi dan kecocokan dengan kebutuhan organisasi.

Kedua, ini adalah bentuk uji nyali bagi pejabat itu sendiri. Seorang pejabat yang terbiasa memegang kendali di tingkat kepala dinas kini ditantang untuk membuktikan kemampuannya di posisi yang berbeda, bahkan mungkin di bidang yang sepenuhnya baru.

​Lebih dari sekadar pergeseran nama di daftar, rotasi ini bertujuan untuk mengubah budaya kerja birokrasi. Dengan menempatkan pejabat di luar zona nyaman mereka, pemerintah mendorong pembelajaran lintas sektor dan adaptabilitas.

Pejabat yang sebelumnya fokus pada infrastruktur kini harus memahami dinamika sektor pertanian, dan sebaliknya. Ini menciptakan sinergi dan pemahaman holistik tentang permasalahan daerah.

​Perubahan ini bukan tanpa risiko. Namun, sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk masyarakat dan pegiat reformasi birokrasi, menunjukkan bahwa langkah ini sejalan dengan harapan publik.

Masyarakat menginginkan birokrasi yang lincah, responsif, dan berorientasi pada hasil. Dengan menempatkan orang yang tepat di tempat yang tepat, terlepas dari jabatan sebelumnya, Bupati Saleh Asnawi mengirimkan pesan kuat, kinerja dan pelayanan adalah prioritas utama.

​Gebrakan ini adalah awal dari sebuah transformasi yang lebih besar. Bupati Saleh Asnawi telah menunjukkan bahwa ia tidak gentar dalam mengambil keputusan yang diperlukan demi kemajuan Tanggamus.

Namun, tantangan ke depan adalah bagaimana menjaga momentum ini. Pemerintah perlu memastikan bahwa rotasi ini tidak berhenti pada sekadar formalitas, melainkan diikuti dengan evaluasi kinerja yang terukur dan pengembangan kapasitas pegawai secara berkelanjutan.

​Langkah berani ini diharapkan menjadi preseden positif bagi daerah lain di Indonesia. Bahwa perubahan yang signifikan bisa dimulai dari keberanian seorang pemimpin untuk membongkar tradisi demi mewujudkan janji-janji kampanye.

Masyarakat Tanggamus kini menantikan hasil nyata dari rotasi ini, berupa peningkatan kualitas layanan publik yang dapat dirasakan langsung, dari perbaikan infrastruktur hingga efisiensi administrasi.

Gebrakan ini adalah bukti bahwa kepemimpinan transformasional adalah kunci untuk membuka potensi daerah dan memastikan kesejahteraan warganya.

By : Irawan Pimred Fakta Aktual

Related posts
Tutup
Tutup